Menikmati perjalanan menuju Jalan Malioboro Jogja pun berlanjut.
Setelah berterimakasih karena dompet partner diamankan oleh orang yang amanah, perjalanan pun dimulai kembali.
Bertolak dari Jalur Lintas Selatan kemudian ketemu sebuah simpang jalan yang ada lampumerahnya tadi, tempat dimana dompet ditemukan, perjalanan menuju jalan Malioboro pun dilanjutkan kembali sambil menikmati cuaca yang agak mendung namun matahari pagi masih tembus dan menerpa kami.
Setelah menghabiskan kurang lebih 3 jam perjalanan melintasi Jalur Lintas Selatan, sekitar Pukul 7:30 WIB, sparklepush.com tiba di area Jl. Malioboro. Memang, tidak sesuai dengan rencana sih, tapi setidaknya tujuan sudah tercapai dan kami pun langsung nyari area parkiran yang aman, nyaman, tenang, damai, dan nggak terlalu ribet serta mengikuti aturan perpakiran.
Ya satu-satunya tempat parkir yang disediakan secara resmi yaitu di sekitar jalan Malioboro itu sendiri.
Sebuah area parkiran yang berdiri setinggi 3 lantai yang bersebelahan dengan jalur kereta api.
Suasana Gedung Parkiran Roda Dua di Pagi Hari sekitar 7:30 WIB 26 Maret 2023. Foto Dokumentasi Sparklepush.com |
Di tempat parkiran inilah terparkir kendaraan roda 2 para pengunjung Jalan Malioboro. Kalau dilihat dari google map, nama tempat parkiran yang sparklepush.com pilih ini adalah Kantor Pengelola Parkir Khusus Malioboro 1.
Enaknya parkir disini itu begitu selesai memarkirkan kendaraan roda dua, kamu bisa memotret cityscape dari ketinggian yang proper-lah.
Memang sih, kalau mau motret cityscape kayaknya lebih enak pakai drone. Tapi bagi pecinta fotografi, ini menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Beberapa view landmark khas Jl. Malioboro yang sempat sparklepush.com abadikan.
Foto Landscape Kota Yogyakarta diambil dari parkiran dengan view monumen adipura. foto dokumentasi Sparklepush.com |
Sayang sungguh sayang, waktu pemotretan, langit di bagian timur parkiran ini terlihat tertutup awan tipis sehingga langit biru yang saya harapkan tidak terekspose dengan baik.
Memang pada jam-jam tersebut langit dibagian timur ini agak mendung, walaupun bukan mendung yang kelabu.
Ya, masih perlu banyak belajar tentang fotografi lah intinya.
Untungnya di bagian depan parkiran, langitnya tak se-mendung bagian yang di potret tadi, jadi langit birunya dapat terekspose dengan cukup baik. Ya, walaupun masih ada mendung-mendung awan putih yang menghiasi langit biru waktu itu.
Foto Hotel Grand Inna Malioboro dari atas gedung parkiran. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Ada satu set pemandangan yang unik menurut sparklepush.com dimana disebuah lampu-merah simpang jalan Mataram dan Jalan Abu Bakar Ali, depan parkiran ini ada sebuah kereta kencana yang diletakkan bersebelahan dengan pos. Setting seperti ini baru pernah sparklepush.com jumpai selama traveling ke beberapa kota di Jawa Tengah.
Suasana Jalan depan Parkiran 1 Malioboro. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Puas looking-looking dari atas akhirnya kita pun bergegas turun, karena mau ngapain juga bertengger di atas gedung parkiran.
Langkah kaki kami pun kemudian tertuju pada arah Jl. Ps Kembang. Disini ada sebuah icon tulisan Yogyakarta yang ramai-ramai di jadikan objek latar, ada yang selfie ada yang groufie dan ada juga yang cuma numpang lewat.
Kami menyaksikan betapa para pengunjung Jl. Malioboro ini begitu asyik menikmati suasana yang mungkin tidak mereka dapatkan di tempat mereka. Atau, mungkin, mereka benar-benar menginginkan suasana baru untuk penyegaran mind and soul mereka.
Secara ya, rutinitas 5 hari kerja atau 6 hari kerja jika dilakukan terus menerus juga akan timbul kebosanan. Meskipun cara orang menghilangkan kebosanan itu berbeda-beda ya, dan salah satunya adalah dengan berkunjung ke tempat yang belum pernah dikunjungi seperti Jl. Malioboro ini. Atau, bisa juga dengan melakukan road trip, misalnya saja, menikmati perjalanan menuju Malioboro, Jogjakarta via Jalur Lintas Selatan Jawa yang kami ulas.
Jl. Malioboro menjadi tempat yang banyak dikunjungi wisatawan baik pribumi atau para taveler dan backpacker dari luar negri.
Suasana Jl. Pasar Kembang sono dikit ada sebuah patung bertuliskan YogyaKarta. Disini sering dijadikan tempat untuk eksistensi para pengunjung. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Bagi backpacker yang suka ngopi, nah, di sebelahnya tulisan ikonik YogyaKarta di sekitar jalan Malioboro ini ada sebuah caffe buat nongkrong.
Menikmati suasana kota Yogyakarta lebih lama dan lebih nikmat sambil minum kopi di sini sepertinya bisa jadi pilihan yang tepat untuk mengawali hari libur kamu di Jl. Malioboro.
Caffe ini cukup sederhana dengan kursi yang tersedia di pelataran Caffe.
Oya, nama Caffe ini adalah Loko Caffe. Bagi Klepusher yang parkir di area Parkiran 1, akan sangat mudah menemukan tempat ini.
Suasana Pagi di Loko Caffe Jl. Malioboro Yogyakarta. Foto Dokumentasi Sparklepush.com |
Foto di atas diambil pada saat pagi hari.
Sebenernya sih penasaran juga gimana suasana Caffe ini diwaktu malam harinya. Berhubung waktu kita cukup terbatas, kita pun kembali melanjutkan jalan-jalan menikmati suasana pagi Jalan Malioboro yang sudah ramai didatangi wisatawan. Bahkan sangkin menikmatinya, kita lupa betapa asyiknya perjalanan menuju Malioboro via Jalan Jalur Lintas Selatan.
Dari Jalan Sarkem, Jalan-jalan pun berlanjut menuju Jalan Malioboro.
Move on ya, kita sudah bukan di Jalan Jalur Lintas Selatan, jadi di sini kita bahas menikmati perjalanan (jalan-jalan) di Jalan Malioboronya.
Di pagi yang cukup cerah namun cukup berawan juga sih, sudah banyak aktifitas orang-orang di sekitar Jalan Malioboro. Terus terang, sangkin banyaknya orang yang berlalu-lalang tidak bisa membedakan mana yang asli orang Yogyakarta dan mana yang pendatang.
Namun setidaknya ada perbedaan yang cukup mencolok diantara mereka.
Mungkin (menurut analisa saya) mereka yang suka ber-swafoto atau selfie dan berjalan secara bergerombol, memakai kaos/baju yang se-ragam adalah para pendatang. Ya, contohnya aja kaya saya dan partner jalan-jalan ke Jalan Malioboro. Berdandan rapi, pake bawa ransel atau tas selempang, khas orang lagi traveling atau backpackeran. Sedangkan para penduduk lokal lebih kalem, pakai pakean yang biasa nan sopan.
Suasana Ujung jalan Malioboro yang bersimpangan dengan Jalan Pasar Kembang. Nampak paramuda sedang asyik berfoto. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Tepat bersebelahan dengan lokasi saya memotret objek papan penunjuk arah Jl. Malioboro, sebenarnya ada beberapa delman berjejeran. Mereka siap sedia mengantarkan para turis untuk berkeliling-keliling kota bak mengantar tuan dan nyonya yang ingin menikmati suasana Jogja di Jalan Maliobor.
Tenang aja soal bajet. Disini sepertinya rata-rata menawarkan dengan tarif Rp. 10.000 sekali trip. Wah, asyik bukan main.
Terlihat banyak sekali mereka, para turis asyik menikmati trip singkat dengan delman ini.
Wahana seperti ini sebenarnya bukan hanya di Yogyakarta, khususnya di Jalan Malioboro ya, Klepusher.
Jika Klepusher ingat-ingat, sebenarnya di daerah Purbalingga, tepatnya di Alun-alun Purbalingga juga menyajikan wahana yang sama.
Jadi apa yang membedakan delman di Jl. Malioboro vs delman di Alun-alun Purbalingga? Coba kita spil gambarnya.
Delman di Alun-alun Purbalingga. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Foto-foto Andong/Delman/Kereta kencana di Jalan Malioboro. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Nah, perbedaannya, berdasarkan pengamatan sparklepush.com, delman di alun-alu Purbalingga hanya menggunakan 2 roda yang terpasang di kiri dan kanan body delman. Sedangkan pada delman di Jl. Malioboro memiliki 4 roda, 2 depan dan 2 di belakang.
Selain kereta kuda, ada juga wahana lainnya yaitu becak. Becak iku rodane telu dan ada dua tipe becak di sini yaitu human powered (menggunakan daya manusia) dan machine powered (menggunakan daya mesin)π
.
Maksudnya, ada dua tipe becak di Jl. Malioboro.
- Becak dengan tenaga manusia. yaitu becak yang bisa jalan karena pedalnya digenjot/dionthel sama drivernya.
- Becak dengan tenaga Mesin. Yaitu becak yang ditenagai oleh mesin. Umumnya pake mesin copotan sepeda motor bebek.
Potret Becak melintas di Jalan KM0 Malioboro. foto dokumentasi sparklepush.com |
Becak ini sudah ada sejak sebelum generasi Z, generasi Millenial, Jaman Now atau apalah. Becak seperti ini sudah ada sejak jaman kolonial. Dan bentuknya pun tidak banyak yang berubah spesifikasinya rear wheel drive, muscular power steering, tubular frame, Shock Breaker depan pakai per daun, head roof yang convertable, natural wind blower, dll ππ.
Becak berikutnya yang ada di Jalan Malioboro adalah becak yang menggunakan tenaga mesin.
Seiring berkembangnya teknologi dan maningkatnya populasi mesin sepeda motor, akhirnya ada sebuah konversi dari becak bertenaga manusia ke becak bertenaga mesin motor.
Biasanya becak dengan mesin motor ini memiliki penampakan pada bagian depan masih seperti becak bertenaga manusia pada umumnya tapi pada bodi bagian belakang adalah bodi motor sak mesin-mesine.
Becak bermotor di Jalan Malioboro. Foto dokumentasi Sparklepush.com |
Itulah sekilas tentang wahana becak di Jalan Malioboro yang sekarang tren-nya bukan hanya sebagai sarana jasa transportasi angkut orang dan barang, tapi juga sedikit bergeser ke wahana wisata untuk menikmati suasana Jalan-jalan di Malioboro. Gimana menurut Klepusher soal pendapat sparklepush.com ini?
Selain wahana becak onthel dan becak motor, ada juga wahana lainnya ya itu sepeda listrik dan sepeda onthel juga ada. Rata-rata dibanderol dengan biaya sewa sebesar Rp. 10.000 juga.
Jadi jika kamu ingin muter-muter keliling-keliling menikmati suasana jalan malioboro gak pake jalan kaki, bisa nih sewa moda transportasi yang ramah lingkungan ini.
Tidak hanya Becak dan Becak bermotor yang meramaikan wahana jalan-jalan keliling menikmati Jl. Malioboro di Yogyakarta. Ada juga Sepeda dan sepeda listrik.
Di sepanjang sidewalk untuk pedestarian Jl. Malioboro begitu mudahnya menemukan persewaan alat transportasi ini. Kemungkinan harganya pun sama.
Sepeda Listrik dan otopad listrik berjejer di salah satu bagian Jalan Malioboro. Foto Dokumentasi sparklepush.com |
Sepeda Rental yang terparkir di sidewalk Jl. Malioboro, Yogyakarta. Foto dokumentasi sparklepush.com |
Selain muter-muter, terlihat banyak sekali para wisatawan yang berkunjung ke Pasar Malioboro. Ya sebenernya belum ramai banget sih, baru mulai rame karena pas waktu lewat di sini masih agak pagi, sekitar jam delapanan.
Pasar ini deberi nama Teras Malioboro 2. Sebuah kompleks pedagang kaki lima yang menyajikan berbagai pernak-pernik dan cinderamata lainnya khas Yogyakarta. Konon katanya Teras Malioboro 2 ini dulunya adalah Gedung Kantor Dinas Pariwisata DIY, dan Teras Malioboro ini berlokasi di sebelah utara Kantor DPRD DIY.
Foto suasana depan Teras Malioboro 2, Jl. Malioboro, Yogyakarta. Foto dokumentasi sparkelpush.com |
Kalo kamu pengen beli oleh-oleh atau cinderamata seperti baju batik khas jogja, atau yang lainnya, bisa mampir di sini.
Perkirannya cukup luas kok, jadi nggak perlu nyari-nyari tempat parkiran lainnya.
Nah, demikianlah pengalaman sparklepush.com menikmati jalan-jalan menuju Jalan Malioboro Yogyakarta.
Tetap santun berkendara dan berwisata ya, Klepusher.
0 Komentar
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang komunikatif, sopan, berbobot, dan tentunya yang relevan.
Jika kedapetan mengandung unsur p#rn#, ujaran kebencian, Sara, politik, link aktif, hoax maka akan dihapus.
✌❤π
πTerimakasihπ