Menelusuri Curug Muncar di Lereng Ragajambangan, Petungkriyono, Kab. Pekalongan [Foto] [Part 2]

Diluar ekspektasi, menelusuri jalan menuju Curug Muncar ternyata semakin kesana semakin menyempit ya.


Tapi ini logis, karena lokasi desa Curugmuncar sendiri berada diantara bebukitan yang agak curam [PoV Sparklepush.com yang jarang berkunjung ke tempat-tempat seperti ini]

Curug Muncar Part 2.

Meskipun sebenarnya saat berkunjung ke tempat wisata ini fasilitasnya sudah cukup baik pada zamannya.

Lho kok pada zamannya ya?

Iya, karena setelah Sparklepush sampai dilokasi Curug Muncar suasananya sangat sepi dan banyak fasilitas yang terbengkalai.

Kenapa sepi dan terbengkalai?

Foto 1. Jalan terjal menuju Curug Muncar sudah diberi pagar. Foto dokumentasi Sparklepush.com


Foto 2. Landmark jalan terjal menuju Curug (air terjun) Muncar yang sudah diberi pagar. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Jadi, bisa dibilang, tempat wisata curug muncar ini sudah paripurna atau sudah pensiun dari Kinclongnya dunia pariwisata Petungkriyono, Kab. Pekalongan. Jawa Tengah. Indonesia.

Hanya ada sisa-sisa bangunan terbengkalai, termasuk pagar-pagar pembatas sepanjang jalan menuju titik lokasi Curug Muncar dan yang tak kalah pentingnya adalah menjadi bagian dari kenangan suka-duka para wisatawan yang pernah mengisi keramaian tempat ini.

Seperti kenangan indahmu bersama mantan, cieh...!!!

Yuk! lanjut ke foto-foto menelusuri Curug Muncar di Lereng Ragajambangan Perungkriyono Kabupaten Pekalongan yang dulu pernah kinclong di Jawa Tengah, Indonesia tercinta ini.



Foto 3. Turunan/Tanjakan ekstrim menuju Curug Muncar di desa Curugmuncar Kec. Pekalongan Kab. Pekalongan

Sidah lihat Foto 2 dan Foto 3 Klepusher...?

Ternyata setelah diamati dari Foto 2 ataupun Foto 3 ada perbedaan warna yaitu pada Foto 2 pagar jalannya berwarna biru sedangkan warna pagar pada foto 3 dengan warna kuning

Apakah warna yang diberikan pada pagar tersebut mengandung makna atau hanya ketidak sengajaan tanpa maksud menyiratkan hal-hal lain?

Mamun dari analisis Sparklepush.com perbedaan warna pada pagar jalan di Foto 2 dan Foto 3 menunjukkan tingkat kemiringan jalan.

Pada Foto 2, pagar jalan menuju titik Curug Muncar yang berwarna biru ini kemiringan jalannya terlihat lebih landai sedangkan pada Foto 3 dengan pagar jalan yang berwarna kuning memperlihatkan kimiringan yang lebih miring dibandingkan Foto 2.

Mungkin pemberian warna cat pada pagar jalan menuju curug Muncar ini bermaksud menunjukkan tingkat kemiringan jalan agar para wisatawan lebih berhati-hati pada saat berjalan menuju  Curug Muncar sehingga sampai di titik lokasi dalam keadaan baik-baik saja.

Foto 4. Jembatan kecil menuju Curug Muncar. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Jembatan Curug Muncar yang berbentuk busur ini yang dulunya instagenik dan instagramable sudah berubah rupa.

Sekarang sudah bukan menjadi jembatan Curug Muncar yang instagenik dan instagramable lagi. 

Bahkan pada sisi-sisi jalannya kini sudah ditumbuhi rumput liar seperti yang ditunjukkan pada Foto 4 Penelusuran Curug Muncar ini.

Foto 5. Sungai di bawah jembatan kecil dari foto 4. Dokumentasi Sparklepush.com

Meskipun sudah lama undur diri dari list primadona tempat wisata Favorit di Kecamatan Petungkriyono, tampaknya tak membuat sampah-sampah di sungai Curug Muncar ini hilang.

Pada saat Sparklepush.com berkunjung, masih ada sampah-sampah yang nyangkut di bagian sungai.

Contohnya pada Foto 5 dan Foto 6.

Wah sayang sekali ya.

Hayo ngaku...!

Siapa yang suka nyampah di tempat wisata...!?

Foto 6. Beberapa sampah yang nyangkut diantara ranting pohon dan bebatuan yang ada di Sungai Muncar. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Kondisi Air di sungai Curug Muncar ini menurut Sparklepush.com memiliki visual yang sangat bagus, bening ๐Ÿ˜.

Beruntung banget bagi mereka yang pernah kesini pas keadaanya lagi bening-beningnya [tanpa ada sampah].

Meskipun punya air sungai yang bening dan alirannya cukup deras tapi sungai di Curug Muncar ini tidak digunakan untuk river tubing seperti yang ada di tempat wisata Welo Asri.

Jika di Kabupaten Brebes kegiatan River Tubing bisa dilakukan di Ranto Canyon 

Foto 7. Atap salah satu saung di tempat wisata Curug Muncar yang terbengkalai hingga ditumbuhi tanaman paku liar. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Pada Foto 7, menampilkan salah satu saung atau gazebo yang ada di Curug Muncar, nasibnya sama dengan jembatan di Foto 4 yang sudah ditumbuhi rumput liar.

Bedanya, pada atap gazebo ini ditumbuhi oleh tanaman sejenis paku-pakuan (CMIIW) yang tumbuh diantara dedaunan pinus.

Padahal tanaman jenis ini biasanya menempel pada pohon-pohon besar yang tinggi tapi paku-pakuan ini agak laen.

Foto 8. Gazebo / Saung di bagian atas yang lebih dekat dengan Curug Muncar (PoV dari parkiran di Foto 9). Foto dokumentasi Sparklepush.com

Pada gazebo yang letaknya lebih tinggi dari gazebo pada Foto 9 lainnya terlihat lebih kokoh berdiri dengan atap asbes bergelombang.

Kokoh dengan 4 tiang yang terbuat dari adukan semen namun warna cat yang mulai memudar menunjukkan bahwa tempat ini sudah sekian lama tidak disinggahi.

Foto 9. PoV parkir motor depan gazebo dekat jembatan yang ada di foto Foto 4. Dokumentasi Sparklepush.com

Yang ini [Foto 9] justru lebih parah karena dinding-dindingnya yang tebuat dari kayu sudah tanggal beberapa batang dan juga terlihat begitu lapuk dan rapuh.

Foto 10. Wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata Curug Muncar. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Tak lama setelah Sparklepush.com sampai dan berfoto-foto seperti yang disajikan dalam "Menelusuri Curug Muncar di Lereng Ragajambangan, Petungkriyono, Kab. Pekalongan" ini, datanglah sekelompok pemuda yang sepertinya ingin mengetahui keadaan Curug Muncar setelah kunjungan mereka beberapa tahun silam.

Mereka pun bergegas melangkah menuju gazebo tertinggi di Curug Muncar ini untuk melihat air terjun yang ada dihadapannya.

Sesekali mereka terdengar mengatakan "lho [dulu Curug Muncar] nggak gini"



Foto 11. Flying Fox di tempat wisata Curug Muncar yang sudah terbengkalai dan sudah mulai lapuk. Foto dokumentasi Sparklepush.com

Foto bekas wahana Flying fox pun tak luput dari serangan lapuk karena lama sekali tak dipakai oleh para wisatawan alias nganggur.

Posting Komentar

0 Komentar